Perjalanan Jiwa
JIWA (TERBANG)
Nun jauh bahkan tak terlihat oleh mata
Lantunan nada merdu terdengar tanpa kata
Namun ketika kutajamkan telinga
Terdengar suara yang membekukan raga
Melayangkan nalar hingga
Jiwa pun terbang lega
Melayang ke langit malam
Dingin nan hitam
Pelahan terbang jiwaku
Menelusup kegelapan kaku
Menembus batas wajar perilaku
Menjadi sebuah fondasi paku
Menuju tempat mulia
Nan firdausi penuh ceria
Dimana waktu berhenti
Dan semua yang lain seakan mati
Seakan dunia hanya milik berdua nanti
Semua seakan aku telah merasakan
Kedamaian hari esok dalam impian
Genggaman tangan erat seorang kekasih idaman
Jiwaku telah terbang dalam cinta penuh keeratan
JIWA (DIATAS AWAN)
Nun jauh bahkan tak terlihat oleh mata
Lantunan nada merdu terdengar tanpa kata
Namun ketika kutajamkan telinga
Terdengar suara yang membekukan raga
Langit telah aku tembus
Jiwaku berjalan melayang terus
Tanpa perasaan beban yang menggerus
Jiwakupun melawan kenyataan sudah
Waktu dibuatnya seakan tak berharga dan rendah
Bahwa penantian satu kehidupan adalah
Kebiasaan belaka dalam proses seribu abad dimana kalah
Adalah jawaban yang tidak akan didapatkan pada akhiran dimana kita berserah
Engkaupun hadir didalam jiwa yang dulunya membatu
Bukan sekadar melengkapi kebersamaan
Namun bahkan menyatu dalam jiwa dan raga satu
Sungguh nalarku telah berhenti
Jiwaku kini telah merasa tinggi lepas dari kotak peti
Yang dulu menguburnya dalam kekejaman kesengsaraan tak berhati
Jiwaku mulai melangkah
Dalam suatu impian yang mungkin kenyataan terarah
Mengenai kesatuanmu denganku disini
Jiwa pun terasa hidup dengan ini
Kesakitan seluruhnya musnah bagai habis perang
Aku pun melihat esok yang lebih terang
Sekalipun bukan kenyataan
Semuanya terasa indah dan bergelimpangan
Cinta dimana-mana
Jiwaku memang menembus awan sana
JIWA (KEMBALI)
Nun jauh bahkan tak terlihat oleh mata
Lantunan nada merdu terdengar tanpa kata
Namun ketika kutajamkan telinga
Terdengar suara yang membekukan raga
Bagaikan sangkakala
Isyarat ini membunyikan pertanda pula
Bahwa telah waktunya kembali pada realita
Tibalah untuk jiwa kembali ke cangkang pelita
Aku kini percaya
Dengan kekuatan dan ketegaran
Yang tersurat dari kelembutan
Sekarang aku mulai berfikir
Tidak secara depresif namun secara partikulir
Secara menyenangkan bukan dengan siksaan berdesir
Mengenai hari-hari kita yang telah lalu
Yang kita lewati hanya dalam rasa biasa dan pahit
Hingga lidahpun menjadi berasa kelu
Aku berfikir untuk mengubahnya tanpa berkelit
Agar hidup terasa sangat nyata
Agar cinta terasa sama rata
Agar semua menjadi kebahagiaan abadi dalam realita
Jiwaku telah kembali lagi
Dan ku akan mulai esok pagi
Dengan semangat baru ini
No comments:
Post a Comment